Saturday, April 7, 2012

LOVE STORY 5

***
Akhirnya sampailah aku dan Rangga di stasiun. keadaan masih sama, masih hening, masih kaku. tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Rangga. bukan, bukannya aku mau dia mencegahku untuk pulang namun, setidaknya dia menghargai atas apa yang telah aku lakukan. karena yang aku lakukan memang semata-mata hanya untuk dia, tidak lebih.
              "ka, yaudah ade pulang ya" kataku masih pelan. namun dia masih saja diam, masih sah\ja tidak berkutik hanya menatap ke depan tanpa menoleh dan melihatku.
              "yaudah ka, makasih" lanjutku tegas sambil keluar dan berjalan ke arah pembelian tiket. dan lagi-lagi aku menangis.

Rangga tidak mengejarku, dia tidak memperdulikanku. jam 4 pagi aku pulang lagi ke jakarta, tak henti-hentinya air mata ini keluar deras dari sudut mataku. mengingat apa yang telah aku lakukan dan apa yang telah aku dapatkan. mengingat aku yang tidak dihargai. tidak perbah aku menyangka semuanya akan menjadi seperti ini.
aku tau ia pasti dimarahi oleh orangtua nya karena telah keluar tengah malam. aku tau itu aku mengerti, aku juga tidak apa-apa aku pulang ke jakarta lagi namun yang aku kcewakan adalah mengapa dia tidak berkata sedikitpun padaku, tidak melihat ku pada saat aku katakan "aku pulang ke jakarta".
itulah yang membuat sakit, itu yang membuatku sepnajang perjalanan haya bisa menangis. dan orang-orang disekitarku melihatku dengan tatapan yang bertanya-tanya mengapa aku menangis.

jam 12 tepat aku sampai kembali di jakarta. matahari sudah sangat terik tepat datas kepalaku. dan akhirnya aku sampai di dalam kamar kos ku. belum juga aku bernafas lega kembali tiba-tiba satu pesan masuk dan membuatku makin sulit bernafas, Rangga memutuskan hubungan aku dan dia berakhir hari ini.
aku tidak tau lagi, aku terdiam dan kini airmataku tidak keluar, mungkin inilah puncak sakit hatiku, aku sudah tidak mengerti lagi. aku sudah terlalu lelah dengan hari ini, aku lelah dengan perlakuannya terhadapku.
aku hanya membalas pesan singkatnya "iya" tidak lebih. aku sudah tidak punya daya lagi.

aku terbangun, waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. ternyata aku tertidur dan aku fikir semua itu adalah mimpi. aku membuka ponselku dan mendapati pesan singkat itu masih bertengger dan terlihat jelas didalam nya bahwa ia memutuskan aku.
tangisku pecah. sakit sekali mendapati bahwa ini kenyataan yang harus aku hadapi.
bnyak sekali kalimat-kalimat penyesalan di dalam kepalaku "andai saja, kalau saja, andai saja" ya, andai saja aku tidak nekat pergi malam itu. tapi aku fikir ini tidak adil, aku melakukan itu agar membuatnya senang, membuatnya tetap disini, bersamaku. tapi ternyat itu yang membuatku kehilangnnya.
memang ketika cinta mengalahkan logika maka bencana yang akan datang.

cinta seperti pasir.
seperti ketika menggenggam pasir, genggamlah seadanya tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu menutup. karena ketika genggaman kita terlalu erat maka butir-butir pasir itu akan berjatuhan dan habis. begitupun jika kita terlalu membuka genggaman kita maka butir-butir pasir puna akn berjatuhan dan habis.
sama seperti aku sekarang, aku terlalu menggenggamnya, terllalu takut kehilangganya hingga aku bnar-benar kehilangannya.
cintailah apa adanya karena itu yang membuatmu dapat seutuhnya.
cintailah apa adanya seperti matahari yang akan selalu bersinar dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat.
cintailah apa adanya, apa adanya..

hari-berganti hari, sudah dua hari setelah ia meninggalkanku. hidupku tidak baik-baik saja. hidupku berantakan.
aku tidak bernafsu untuk melakukan apapun. aku hanya melakukan kegiatanku yang standar seperti kuliah-pulang tidur. sudah dua hari aku tidak makan dan itu membuat temanku, nabila. merasa was-was padaku. ia memohon-mohon aku untuk makan. namun aku tetap tidak bernafsu untuk makan.

siang itu sepulang kuliah, aku berjalan tidak kearah pulang. ak mau jalan-jalan. namun dengan berjalan kaki. aku melangkahkan kakiku ke arah semanggi. melewati jembatan penyebrangan, kemudia melewati plaza semanggi kemudian gedung sampoetna kemudian jalan terus hingga sampailah dikosanku. aku tidak berkeringat. aku menangis sepanjang jalan. kepalaku sedikit berputar.aku tau sekali setiap orang melihatku. melihat iba padaku ah tak tau itu benar atau hanya perasaanku saja. aku berjalan terus hingga sampailah dikosanku. mungkin aku berjalan sepanjang kurang lebih 3KM.

               "darimana bel?" tanya nabila teman sekosan ku.
               "jalan aja ko sebentar" jawabku dan kemudian aku tertidur.

sudah hari ke lima, dan aku masih saja belum sedikitpun memasukan makanan ke dalam perutku.aku benar-benar tak bernafsu. namun nabila memohon-mohon padaku untuk memakan makanan yang ia bawakan untukku.
aku pun memakan makanan itu. kenyaang sekali aku merasakannya. aku tau wajahku sudah tidak karuan. aku sudah tidak memikirwan tubuhku lagi.
tiba-tiba satu pesan masuk.
              " de, Ka Rangga kangen. minggu ini jadi pulang?"
benar-benar tidak menyangka dia akan mengirimku sms yang isinya seperti itu.
aku mengis, menangis bahagia. dan untuk pertama kali nya aku mau pulang ke semarang karena dia setelah di memutuskan aku.
aku memang bodoh, aku tau aku gila. sehingga aku mau saja menuruti apa mau nya.


NB :(ini baru awal kebodohan dari kebodohan-kebodohan yang telah aku perbuat. aku dan dia masih menjalin hubungan. hubungan tanpa status. dan itu membuatku makin nampak bodoh dimata teman-temanku.namun inilah proses dari pendewasaanku, sakit. membuatku tau apa rasanya terluka. )

No comments: