Friday, April 6, 2012

LOVE STORY 3


***
Mei 2001
Dengan nilai Ujian Nasionalku yang rata-rata Sembilan. Aku bisa masuk ke sekolah favorit di kota ini. SMA Negeri 1 Kota SEMARANG. Itu membuat kedua orangtua ku terutama ayahku bangga padaku. ya, itu yang mereka katakana bahwa mereka bangga padaku. dan sebelum aku benar-benar menjadi salah satu siswi SMA yang katanya berisi orang-orang pintar dan orang-orang yang akan sukses dimasa depan ini aku harus mengikuti Masa Orientasi Siswa selama 3 hari lamanya.
 “makanannya jangan lupa dimakan, jam 2 ibu jemput” kata ibu sambil memberhentikan mobil tepat di depan sekolah.
“iya bu.” aku menghampiri ibu dan mencium tangan dan kedua pipinya.
Aku keluar dari mobil dan berjalan menuju gerbang sekolah. Hanya ada beberapa anak yang memakai atribut aneh sepertiku. Kemana yang lainnya, pkirku dalam hati.
“ehh kamu mau kemana? Kamu kesini.” Perintah kakak senior dengan menunnjukku.
“aku mau masuk kak,”
“kamu tau harus datang jam berapa?” kakak senior mulai melototiku.
“jam 7 kak.” Ucapku tertunduk.
“aturan darimana itu jam 7, masuk itu jam 6.30. kamu baru masuk sudah buat aturan sendiri! Sudah kamu berdiri disini. Sama temen-temen kamu yang lain.”
Aku langsung menghampiri dan berdiri bersama teman-teman yang juga bernasib sama denganku. Tapi aku benar-benar tidak sengaja datang terlambat. Aku fikir masuk jam 7 pagi bukan setengah 7. Benar-benar sial sekali hari ini.
“hei,  kamu telat juga? Kenalin nama aku fino. Udah gausah diambil hati kata-kata mereka, dibuat enak aja.” Katanya yang tiba-tiba membuatku terkejut.
“eh iya, aku bella. aku juga ga mikirin kok.”jawabku singkat.
“semua yang telat coba dikeluarkan barang-barang yang harus dibawa.” Ucap seorang senior dengan sedikit berteriak.
Aku panik ketika membuka tas dan tidak menemukan bekal makananku, padahal itu adalah syarat yang paling penting. Aku merasakan wajah dan kepalaku memanas. Aku bingung harus berkata apa, aku sungguh-sungguh ketakutan.
“ada yang ketinggalan?” tanya fino. Sepertinya fino dapat melihat raut kebingungan pada wajahku.
“aku lupa masukin kotak makanan yang udah disiapin ibu ku.  Aku lupa, bodoh sekali.” kataku menghardik diri sendiri.
“yaudah, kamu pegang aja kotak makan aku.” Fino memberikan kotak makannya padaku, tapi aku menolaknya.
“Enggak usah nanti kamu kena marah senior kalau enggak bawa ini” ucapku sambil menyodorkan kembali kotak makan yang diberikan fino.
“Yah aku sih enggak papa bell, aku kan laki-laki. Paling cuma dimarahin terus kena hukuman.” Fino langsung memasukan kotak makannya kedalam tas ku.
“apa-apaan ini, bukannya disiapain malah ngobrol.” Bentak kakak senior.
“aku lupa bawa kotak makanan kak, tadi buru-buru soalnya.” Ucap fino pada kakak senior.
“saya tidak perduli kamu buru-buru atau tidak. Sudah cepat push up 50kali!!” ucapnya sambil menunjuk tempat dimana fino harus menerima hukuman. Dan itu sontak membuatku tidak enak, aku hendak mengakui kesalahanku.
fino mendekatiku dan berkata “50kali push up kecil buat aku,” sambil tersenyum dan mengerdipkan mata ia melengos kedepan untuk menerima hukuman.
Sejak saat itu aku dan fino menjadi teman baikku. Kita tidak satu kelas pada tahun pertama. Namun Fino selalu menghampiri kelasku untuk mengajakku makan di kantin atau sekedar membawakanku minum dan cemilan jika aku sedang mengerjakan pekerjaan rumahku yang belum selesei.  fino lah yang suka menggodaku, membuatku malu di depan salah satu kaka senior laki-laki yang diam-diam fino mengetahui bahwa aku menyukai kaka senior itu.
Sampai pada tahun kedua aku dan fino masuk dikelas yang sama. Kita berdua sama-sama memilih jurusan yang sama yaitu ilmu sosial. Tahun kedua itu lah aku pertama kalinya berpacaran. Dan itu mengubah kedekatanku dengan Fino. aku tau bahwa Fino sangat mengerti bahwa pacarku tidak menyukai jika aku berteman terlalu dekat dengannya. Itulah saat dimana aku dan fino tidak bisa sedekat dulu lagi.
 Sampai pada akhir di tahun ke tiga, saat Fino memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Melbourne, Australia. Pada saat kami sudah menggenggam surat kelulusan kami. Aku tidak bisa berkata apa-apa, namun tidak bisa dipungkiri ada sebersit kesedihan. Tapi itu tidak aku perlihatkan. Aku bangga padanya. Aku bersyukur diberi Tuhan teman seperti dia. Namun pada saat keberangkatannya aku tidak bisa ikut mengantar karena alasan yang fino dapat pahami. Ya, Fino selalu dapat mengerti dan memahami aku.

 “akhirnya, sampai juga dirumahmu.bel” Fino memarkirkan mobilnya di depan rumahku.
“bel, belaaaa.” Fino memanggilku dengan menyenggol bahuku membuatku terkejut.
“iya Fin, maaf  tadi aku keinget pertama kali kita ketemu waktu MOS SMA dulu Fin. Lucu ya.”  Senyum kecil mengembang di bibirku.
“Fin, sekali lagi makasih banyak yaa.” Lanjutku, mataku tertuju pada fino yang sudah lebih dulu menatapku.
“Iya bel, anytime honey.” fino tersenyum dan mengelus pipiku lembut.
Aku dan fino keluar dari mobil, fino mengantarku tepat di depan pintu rumahku. Aku mengetuk pintu beberapa kali, dan ibu yang membukakannya.
“malem tante.” fino tersenyum dan mencium tangan ibu.
“eh nak Fino, sudah sudah selesei kuliah di luar negerinya? Dimana tuh nduk tempatnya, sebentar, sebentar.. ibu lupa.?” Tanya ibu sambil berfikir.
“Di Melbourne tante.” Jawab Fino. Padahal ibu menanyakannya padaku, tapi Fino sok dekat sekali dengan ibu.
“kalau kuliah sudah selesei tante. Sekarang lagi mikir mau pindah kerja di Jakarta aja atau tetap kerja disana tante.” Jelas Fino sopan.
“wahh, hebat sekali. Padahal kalian masuk kuliah ditahun yang sama tapi nak Fino sudah selesei duluan. Tuh nduk kamu gimana sih sekolahnya.” Mata ibu mengarah padaku, meledekku.
“ahh ibu, jangan gitu dong. Kan Malu.” Ucapku sambil menggandeng tangan ibu.
“loh kenapa jadi berdiri aja, ayo ayo masuk nak Fino.” Ibu mempersilahkan Fino untuk masuk.
“Maaf tante, lain kali aja Fino nanti mampir lagi. Fino harus pulang sekarang tante.” Fino menolak dengan tutur kata dan intonasi yang sopan.
“oh yaudah kalau seperti itu. makasih loh nak Fino sudah mengantar bella. Hati-hati dijalan.”
“iya tante, salam buat om.” Ucap Fino kemudian berbalik dan berjalan menuju mobil. Dan sedikit-sedikit mobil fino pergi menjauh dan lenyap.

Fino memang seorang pemuda baik. Tidak hanya baik, ia juga tampan. Banyak teman-temanku yang menyarankan aku agar berpacaran saja dengan Fino. Kedekatanku dengan Fino memang sangatlah dekat hingga banyak dari mereka yang melihat menganggap kami berpacaran. Namun aku tidak pernah memilki perasaan seperti ketika aku dengan Rangga. walau banyak yang memberitahuku bahwa Fino memiliki perasaan lebih padaku. tidak hanya sekedar teman. aku tidak pernah percaya, aku tau persis tipe wanita seperti apa yang ia sukai. Dan itu tidak ada padaku. dan aku tidak pernah ambil pusing hal tersebut, aku merasakan rasa sayang Fino padaku, aku pun juga menyayanginya. Namun hanya sebagai sahabat. Selamanya akan seperti itu. Aku tau itu.

No comments: