Saturday, April 7, 2012

LOVE STORY 7


***
Januari 12 2003

Aku seorang gadis 17 tahun. ini bukan kali pertama aku menyukai lawan jenisku, namun ini adalah kali pertama aku membuat suatu hubungan yang dinamakan pacaran.

Rangga adalah seorang laki-laki pemalu,umurnya terpaut 2 tahun lebih tua dariku,ia telah menyelesaikan pendidikan SMA nya dan melanjutkan di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Semarang. cara ia mendekatiku dan memperlakukanku tidak sama dengan laki-laki lainnya. Dia bukan seorang yang pandai mengungkapkan perasaan, bukan seorang yang pandai dalam mengolah kata-kata menjadi sebuah kata yang manis dan terkesan gombal, dia tidak pernah memuji, ia hanya akan memuji ketika aku yang bertanya terlebih dahulu.

seperti “aku cantik ga pake baju ini?” atau “kalau rambut aku di keriting bagus ga?”
dan ia akan dan selalu menjawab “kamu mau gimanapun tetep cantik ko.”

Ya, itulah Rangga, seorang laki-laki berumur 19 tahun yang tidak banyak bicara, pendiam dan pemalu. Namun Rangga bukan seorang yang cuek, dia adalah seorang yang selalu perduli padaku, selalu disampingku kapanpun aku butuhkan, Rangga adalah sesosok laki-laki penyayang. ketika ia marahpun ia tidak pernah berkata keras padaku atau melakukan hal-hal yang kasar pada tubuhku, dia tidak pernah menyakitiku.

 Dan kata terakhir untuk mendreskripsikan seorang Rangga adalah PENCEMBURU.
 Ia tidak pernah suka namun tidak pernah melarangku untuk pergi bersama teman-teman sebayaku yang tentunya tidak semuanya permpuan, karena aku memiliki teman laki-laki juga.

Rangga tidak pernah suka jika aku tetap berhubungan baik dengan mantan kekasihku yang dulu, dia akan sangat marah sekali. Namun kemarahan itu tidak pernah ia perlihatkan dalam bentuk ucapan, aku sendiri yang akan bisa merasakan perubahan-perubahan perilaku yang ada dalam dirinya pertanda bahwa ia sedang marah.

Dialah Rangga, seorang laki-laki yang membuatku jatuh hati, seorang laki-laki yang memberi warna tersendiri pada hidupku, laki-laki yang memiliki tempat istimewa dalam hatiku.

 Aku sudah yakin pada dirinya saat kali pertama aku melihatnya. saat awal ia mengajakku jalan hanya sekedar untuk berkeliling kota dibawah matahari yang sudah mulai memerah dan semakin turun ke ufuk barat.
 Ini Pertama kalinya ia mengiyakan ajakanku untuk ke mall, disalah satu pusat perbelanjaan. Aku sudah merencanakan sederetan kegiatan yang akan kita berdua lakukan di mall tersebut, dari nonton, makan hingga akhirnya photobox.

 “setelah ini mau kemana de?”Tanya nya sembari memotong steak yang ia pesan dikedai steak yang ada di sudut mall.

“mau nonton ka, terus setelah nonton kita photobox” jawabku santai sambil menyeruput strawberry juice kesukaanku.

“loh kok, jadi ada nonton sama photobox?, ahh kaka gamau ah de, kaka malu. Kita pergi dari sini,  kemana aja de. Kaka gak suka banget lama-lama di mall.”

“ayo dong kaa, sekali ini ajaa kan hari ini hari pertama kita jadian. lagian kalo keluar ade bingung mau kemana, kaka juga bingung kan?? Ayo dong ya kaa??” pintaku memohon dengan menggenggam kedua tanganku dihadapannya dan  menunjukan raut wajah memelas.

“huffft.., iya. Terserah kamu aja de, tapi besok-besok gak kayak gini lagi ya.”

Aku tersenyum lebar mendengar ia mengiyakan keinginannku itu. Rangga tersenyum padaku, dan ia adalah pemilik senyum paling manis. Aku tau persis rangga adalah tipe laki-laki yang tidak tahan dengan rengekan seorang perempuan, apalagi aku adalah kekasihnya, tentunya aku memiliki tempat sendiri di hati nya, dan aku yakin dia tidak akan pernah membuatku menangis.

Setelah menonton film, aku mengajaknya menuruni eskalator dan tidak jauh dari situ ada boxes kecil yang memang diperuntukan untuk berfoto. Aku mendapatkan satu lembar foto yang berisi enam foto kecil-kecil dengan gaya yang berbeda-beda. Begitu manis, begitu indah.

LOVE STORY 6


 ***
Juli  2005
“Ini bulan pertama sejak aku ditinggalkan, namun aku dan dia masih menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih, entah apa maksud dari semuanya. Aku ikuti maunya, aku jalani semuanya dengan sejuta tanda Tanya.”

Hari ini adalah hari ulang tahunnya, umurnya sudah genap 21, dan hari ini aku menyiapkan sedikit kejutan untuknya, ya walaupun tidak sebanding dengan apa yang sudah ia berikan pada ku setahun yang lalu.
Dia memang sudah tau bahwa aku akan pulang ke kota asalku hari ini, Semarang. Dan ia yang akan menjemputku, dan memang selalu begitu setiap aku pulang.
               Aku menghubungi adiknya, caca. “,ca kamu dimana? Temenin kaka kasih kejutan buat ka Rangga ya?”
“ iya ka, kaka sudah sampai mana memangnya?”
“sudah hampir sampai ca, tinggal beberapa stasiun lagi. Yaudah nanti kaka kabarin lagi ya” kataku dan langsung kututup gagang ponsel genggamku dan kumasukan kedalam tas.

Aku masih berfikir, apa yang harus aku lakukan setelah ini, aku hanya membawa hadiah yang aku bungkus rapih dan cantik, ya menurutku seperti itu. Setidaknya aku masih harus meembawakan kue tart. Otakku langsung tertuju pada toko kue dan itulah tempat yang harus aku datangi setelah aku sampai.

“beep beep beppp” ponselku bordering dan tertuliskan nama “rangga” di layarnya.

“hallo, “ kataku

“sudah sampai mana de? Kaka jemput sekarang ya?” katanya, sontak membuatku terkejut.

“ohh, masih jauh ka, nanti ade kabarin lagi yaaa” jawabku terburu-buru

“tuttt.. tutttt.. tuttt” panggilan terputus dan aku langsung menon-aktifkan ponselku.

Sampai akhirnya aku di kota ini, dan aku langsung bergegas menuju toko kue dan membeli 1 tart mini namun, aku tidak menemukan lilin berangka 21 disana, dan akhirnya aku memilih angka 9, ya walaupun gak banget,  namun aku fikir ini lebih baik dari pada tanpa lilin.

Aku sudah bertemu dengan caca, dan caca lah yang membantuku menyusun ini semua, terimaksih bela untuk semua ini.

Rangga mungkin sudah kesal karena ternyata ia sudah pergi ke stasiun untuk menjemputku dan aku sekarang berada di kafe dekat kampusnya, disini sudah ada teman-temannya, ya teman-temanya pun ikut andil dalam rencana ini.

Aku sudah merasakan tanda-tanda kehadiran rangga, dan benar saja tak lama setelah itu rangga datang dengan ekspresi wajah yang aku tau sekali itu adalah ekspresi marahnya. Aku berada di balik dinding dan ingin sekali aku berlari dan menghamburkan diriku di pelukannya, aku merindukannya. Inilah kali pertama aku bertemu dia setelah bulan lalu ia memutuskan aku. Aku menyayanginya, tak perduli waktu berhenti sekalipun.

“happy birthday to you, happy birthday to you” aku dan teman-temannya serentak menyanyikan syair lagu itu, sembari aku membawa kue tart berangka 9.

Aku mendekatinya, menyodorkan tart dan berkata “happy birthday sayang”
dia hanya tersenyum dan ia heran melihat lilin yang akan dia tiup berangka 9.

“ko angkanya 9 de? Tanyanya.

“iya soalnya kan sekarang tanggal 9, udah tiup aja. Make a wish dulu” aku mengalihkan pembicaraan mengenai lilin dan akhirnya api yang ada pada lilin padam.

“prokk prokk prokk” suara tepuk tangan mengisi keheningan jalanan kota Cirebon yang memang tidak ramai seperti Jakarta ketika lilin selesai ditiup.


Aku tidak menyangka, tidak menyangka bahwa hari itu adalah hari dimana ia benar-benar meninggalkanku. Aku kira ini akan menjadi bahagia, bukan sebaliknya.

Ia mengantarkanku pulang, ia masih menciumku, masih memelukku, masih menatapku. Namun entah mengapa pada saat itu aku meminta ia untuk berjanji tidak akan pernah berhenti menyayangiku. Dan entah mengapa ia menjadi emosi padaku, ia membentakku. Aku tidak tau dimana letak kesalahanku sehingga ia sebegitu marahnya.

Seperti ada yang runtuh di hatiku, aku mengusap pipiku yang basah karena air bening dari mataku tiba-tiba menetes. Ia hanya diam,seperti seorang yang tidak lagi perduli. Untuk melihatkupun dia sudah tidak sudi sepertinya. Sebegitu marahkah dia karena permintaanku itu?

Aku meminta maaf, dan ia tidak merespon permintaan maafku, hanya diam dan terus menatap ke depan. Suasana di dalam mobil semakin kacau semakin hening, dan aku tidak tau lagi harus berbuat apa.
 
“maafin kaka de, kaka udah nemuin perempuan yang lebih baik daripada kamu, perempuan yang buat hidup kaka beda, kaka mau kamu lupain semuanya. Sekali lagi maaf de” katanya dengan tatapan yang tetap ke depan tidak melihatku sama sekali


Airmataku sudah mengalir deras, nafasku sudah tidak beraturan karena menahan nangis dan menahan sakit yang luar biasa sakitnya. Aku tidak bisa lagi berkata apa-apa. Aku keluar dari mobil dengan seluruh daya yang kumiliki, berusaha agar tetap kuat. Tidak perduli sesakit apa yang ia berikan.

Aku membuka pintu pagar rumahku, aku tidak berlari aku berjalan seperti biasanya, dengan mengusap tetes tetes airmata yang keluar membasahi pipiku. Aku mendengar suara mobilnya pergi dan seketika aku menoleh dan berlari ke arah mobilnya pergi, kakiku seolah tak kuasa menahan tubuhku yang akhirnya membuatku jatuh, aku menangis. Karena sakit, sakit ditinggalkan, sakit akan perkataannya padaku.


LOVE STORY 5

***
Akhirnya sampailah aku dan Rangga di stasiun. keadaan masih sama, masih hening, masih kaku. tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Rangga. bukan, bukannya aku mau dia mencegahku untuk pulang namun, setidaknya dia menghargai atas apa yang telah aku lakukan. karena yang aku lakukan memang semata-mata hanya untuk dia, tidak lebih.
              "ka, yaudah ade pulang ya" kataku masih pelan. namun dia masih saja diam, masih sah\ja tidak berkutik hanya menatap ke depan tanpa menoleh dan melihatku.
              "yaudah ka, makasih" lanjutku tegas sambil keluar dan berjalan ke arah pembelian tiket. dan lagi-lagi aku menangis.

Rangga tidak mengejarku, dia tidak memperdulikanku. jam 4 pagi aku pulang lagi ke jakarta, tak henti-hentinya air mata ini keluar deras dari sudut mataku. mengingat apa yang telah aku lakukan dan apa yang telah aku dapatkan. mengingat aku yang tidak dihargai. tidak perbah aku menyangka semuanya akan menjadi seperti ini.
aku tau ia pasti dimarahi oleh orangtua nya karena telah keluar tengah malam. aku tau itu aku mengerti, aku juga tidak apa-apa aku pulang ke jakarta lagi namun yang aku kcewakan adalah mengapa dia tidak berkata sedikitpun padaku, tidak melihat ku pada saat aku katakan "aku pulang ke jakarta".
itulah yang membuat sakit, itu yang membuatku sepnajang perjalanan haya bisa menangis. dan orang-orang disekitarku melihatku dengan tatapan yang bertanya-tanya mengapa aku menangis.

jam 12 tepat aku sampai kembali di jakarta. matahari sudah sangat terik tepat datas kepalaku. dan akhirnya aku sampai di dalam kamar kos ku. belum juga aku bernafas lega kembali tiba-tiba satu pesan masuk dan membuatku makin sulit bernafas, Rangga memutuskan hubungan aku dan dia berakhir hari ini.
aku tidak tau lagi, aku terdiam dan kini airmataku tidak keluar, mungkin inilah puncak sakit hatiku, aku sudah tidak mengerti lagi. aku sudah terlalu lelah dengan hari ini, aku lelah dengan perlakuannya terhadapku.
aku hanya membalas pesan singkatnya "iya" tidak lebih. aku sudah tidak punya daya lagi.

aku terbangun, waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. ternyata aku tertidur dan aku fikir semua itu adalah mimpi. aku membuka ponselku dan mendapati pesan singkat itu masih bertengger dan terlihat jelas didalam nya bahwa ia memutuskan aku.
tangisku pecah. sakit sekali mendapati bahwa ini kenyataan yang harus aku hadapi.
bnyak sekali kalimat-kalimat penyesalan di dalam kepalaku "andai saja, kalau saja, andai saja" ya, andai saja aku tidak nekat pergi malam itu. tapi aku fikir ini tidak adil, aku melakukan itu agar membuatnya senang, membuatnya tetap disini, bersamaku. tapi ternyat itu yang membuatku kehilangnnya.
memang ketika cinta mengalahkan logika maka bencana yang akan datang.

cinta seperti pasir.
seperti ketika menggenggam pasir, genggamlah seadanya tidak terlalu terbuka dan tidak terlalu menutup. karena ketika genggaman kita terlalu erat maka butir-butir pasir itu akan berjatuhan dan habis. begitupun jika kita terlalu membuka genggaman kita maka butir-butir pasir puna akn berjatuhan dan habis.
sama seperti aku sekarang, aku terlalu menggenggamnya, terllalu takut kehilangganya hingga aku bnar-benar kehilangannya.
cintailah apa adanya karena itu yang membuatmu dapat seutuhnya.
cintailah apa adanya seperti matahari yang akan selalu bersinar dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat.
cintailah apa adanya, apa adanya..

hari-berganti hari, sudah dua hari setelah ia meninggalkanku. hidupku tidak baik-baik saja. hidupku berantakan.
aku tidak bernafsu untuk melakukan apapun. aku hanya melakukan kegiatanku yang standar seperti kuliah-pulang tidur. sudah dua hari aku tidak makan dan itu membuat temanku, nabila. merasa was-was padaku. ia memohon-mohon aku untuk makan. namun aku tetap tidak bernafsu untuk makan.

siang itu sepulang kuliah, aku berjalan tidak kearah pulang. ak mau jalan-jalan. namun dengan berjalan kaki. aku melangkahkan kakiku ke arah semanggi. melewati jembatan penyebrangan, kemudia melewati plaza semanggi kemudian gedung sampoetna kemudian jalan terus hingga sampailah dikosanku. aku tidak berkeringat. aku menangis sepanjang jalan. kepalaku sedikit berputar.aku tau sekali setiap orang melihatku. melihat iba padaku ah tak tau itu benar atau hanya perasaanku saja. aku berjalan terus hingga sampailah dikosanku. mungkin aku berjalan sepanjang kurang lebih 3KM.

               "darimana bel?" tanya nabila teman sekosan ku.
               "jalan aja ko sebentar" jawabku dan kemudian aku tertidur.

sudah hari ke lima, dan aku masih saja belum sedikitpun memasukan makanan ke dalam perutku.aku benar-benar tak bernafsu. namun nabila memohon-mohon padaku untuk memakan makanan yang ia bawakan untukku.
aku pun memakan makanan itu. kenyaang sekali aku merasakannya. aku tau wajahku sudah tidak karuan. aku sudah tidak memikirwan tubuhku lagi.
tiba-tiba satu pesan masuk.
              " de, Ka Rangga kangen. minggu ini jadi pulang?"
benar-benar tidak menyangka dia akan mengirimku sms yang isinya seperti itu.
aku mengis, menangis bahagia. dan untuk pertama kali nya aku mau pulang ke semarang karena dia setelah di memutuskan aku.
aku memang bodoh, aku tau aku gila. sehingga aku mau saja menuruti apa mau nya.


NB :(ini baru awal kebodohan dari kebodohan-kebodohan yang telah aku perbuat. aku dan dia masih menjalin hubungan. hubungan tanpa status. dan itu membuatku makin nampak bodoh dimata teman-temanku.namun inilah proses dari pendewasaanku, sakit. membuatku tau apa rasanya terluka. )