Tuesday, November 30, 2010

Dia, si kupu-kupu malam..

jika dari setiap perbuatan adalah sebuah dosa. Dan apa yang terjadi apabila kita tidak melakukan apapun dalam dunia ini. Aku pun sebenarnya enggan untuk membicarakan ini. Namun, pada kenyataanya nilah yang bergejolak dalam hati setiap manusia. Dan aku pun menyadari dampak dunia yang diraih karena melakukan semua itu. Apalagi untuk dampak sebuah hari esok. Banyak pelajaran hidup yang aku dapat di dalam kehidupan yang banyak dicari kaum-kaum yang mencari kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan yang hanya sesaat. Kebahagiaan yang hanya menggantung pada materi. Bukan pada hati.
Lalu bagaimana nasib para pekerja seks komersial? Yang menjual tubuhnya pada laki-laki hidung belang hanya untuk menyambung kehidupannya di dunia. Adakah pekerjaan yang lebih layak dan terhormat lagi untuk para perempuan itu? Apakah mereka pantas untuk mendapat kehormatan. Sedangkan kehormatanya pun telah ia rusak sendiri. Tubuh sexy, wajah cantik menjadi modal utama dalam menjalani praktek prostitusi ini. Didalamnya terdapat hingar bingar laki-laki yang tertawa kegirangan seperti anak kecil yang baru saja selesei bermain. Kesenangan namun kelelahan. aku tidak habis pikir pada bisnis seperti ini.
Wanita-wanita malang ini tidak memiliki pilihan lain selain menjual harga diri nya. Menjual kehormatan yang menjadi mahkota dalam hidupnya.
Tak ada satu pun wanita yang bercita-cita menajadi seorang kupu-kupu malam. Tak ada satu pun. Seorang pelacur pun tak akan mau jika buah hati nya kelak menjadi pelacur juga seperti dirinya.
Kita tak tau di balik bibir merah nya ia menyimpan sejuta kesedihan, dan didalam mata indahnya tersimpan tangisan. Kita tidak pernah tau dan tidak mau tau apapun alasan yang mereka utarakan.
Yang kita tau hanyalah wanita seperti itu tidak layak untuk dipandang. Tidak layak untuk di rangkul. Padahal, mereka mempunya hak yang sama juga seperti kita di mata Tuhan.
Tuhan maha pengampun dalam setiap noda yang di torehkan umat manusia di muka bumi. Dan smuanya itu Tuhan lah yang berhak menghakimi dosa-dosa mereka. Bukan kita.

NB : belajarlah merasakan apa yang mereka rasakan, maka kita akan melihat sisi lain dalam kehidupanya. Dan persepsi lain akan muncul ketika kita melihat segala penderitaan dalam hidupnya.

aku merindukan mereka. , keluargaku :)

hampir 2 bulan aku tidak pulang.tidak pulang ke kampung halamanku. tempat aku lahir. tempat dimana orangtuaku tinggal.
bukanya aku sok-sokan atau apapun. jujur aku tidak merindukan kota itu. aku hanya merindukan orangtuaku, keluargaku. merindukan kehangatan ditengah-tengah rumah yang isinya adalah orang-orang yang menyayangiku. aku merindukan itu.
jika aku boleh meminta, aku ingin sekali jika orangtuaku, adik-adiku pindah ke tempat tempatku menuntut ilmu sekarang. aku ingin ada mereka disini. bukannya aku yang ada disana.
aku ingin sekali pulang, namun banyak hal yang membuatku tidak bisa hengkang dari sini.banyak hal yang belum terselesaikan.
mungkin aku pulang akhir tahun nanti. pulang untuk menemui merka. keluargaku.
namun jika akhir tahunpun aku tidak pulang, ya tidak apa-apa. aku akan menahan kerinduanku ini. menahan sampai ada yang bisa aku bawa dan aku banggakan. aku hidup memang untuk membahagiakan mereka dan tentunya membahagiakan diriku sendiri.
apapun itu akan aku lakukan. aku lakukan untuk dapat melihat satu senyuman di bibir kedua orangtuaku.
aku tidak bisa mengukur betapa aku menyayangi mereka. betapa aku merindukan mereka. aku tidak akan lagi membuat mereka marah karena sifat kekanak-kanakanku, aku tidak akan membuat mereka sakit karena tingkah laku ku.
aku sangat merindukan mereka,
keluargaku tersayang.