Wednesday, November 17, 2010

Penyesalan membuatku berfikir terbalik

Menyesal tidak lantas akan membuat waktu kembali berputar. Kenyataan memang kadang berbanding terbalik dengan harapan. Apapun itu faktor yang membuat harapan itu berubah menjadi suatu hal yang menyisakan sebuah penyesalan.
Menyesal itu tidak salah, namun larut dalam penyesalan itulah yang salah. Aku menyesal, namun sungguh aku bersikap biasa saja karena aku berusaha mencoba membuat penyesalan itu menjadi suatu bab baru dalam pelajaran hidupku. Suatu yang akan menjadi cermin dalan kehidupanku. Yang membuatku bisa mengkoreksi diriku sendiri.
Bukankah Tuhan baik padaku, aku masih diberikan rasa menyesal, sehingga aku masih mengakui itu salah. Ya, setidaknya perasaan seperti itu yang membuat aku masih bisa berdiri disini. Perasaan kecintaan tuhan pada setiap makhluknya.
Dengan hal yang seperti ini, membuatku berfikir untuk melakukan yang terbaik. Menjalani yang terbaik, dan berharap aku akan menjadi sosok yang terbaik.
Aku kecewa dengan diriku sendiri, sangat kecewa. Aku menyesal.
Kalau boleh aku menangis, aku akan menangis. Kalau boleh aku mengadu, aku ingin sekali membagi segala apa yang aku rasa. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan hadir padaku. Menjatuhkanku. keyakinan yang  menjadi kebanggaanku pergi. dengan tololnya aku membiarkan itu.

Dan Seperti ada sesuatu yang bergemuruh, membuat perasaanku menjadi galau, kacau. Hati dan otakku tidak bersahabat. Ada sesuatu yang menariku dan ada yang mendorongku jauh, jauh dan jauh lagi untuk jatuh. Perasaan yang aku sendiri tidak mengerti dan membuat aku kalut. Mungkin, dengan gampang kalian akan menyuruhku memilih sesuatu yang “menariku”, bukan yang “mendorongku”. Namun ini suatu dorongan yang tidak biasa. Ahh, aku hanya ingin kembali. Kembali pada jalan hidupku yang biasa. Namun ada ketakutan tersendiri. Ketakutan yang sangat dalam. Aku takut jika pilihanku akan membuat ia meninggalkanku.
Tanganku bergetar, otaku tidak bisa lagi befikir normal. Aku menginginkan sesuatu yang biasa.
Aku seperti diludahi oleh diriku sendiri. manakala aku tertidur, aku harap aku bisa melupakan perasaanku yang seperti ini.
Hanya Tuhan, yang tau apa yang aku rasakan. Ini benar-benar membingungkan. Namun aku terus berusaha menarik dan terus menarik diriku yang hampir sepertinya gila. Ahh, mungkin ini terlalu berlebihan.
perasaan sayang ini nyata, jadi tolong buat nyata ini menjadi indah tanpa ada rasa menyesal nantinya. Aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku hanya sedikit mengeluh. Mengeluh pada diriku sendiri. apakah akan aku akhiri saja? Atau aku terus menjalani yang seperti ini? Mungkin akan aku akhiri saja, dengan sejuta ketakutan.
Suara takbir berkumandang membuat hatiku tak henti-hentinya bersyukur. Aku seperti mendapat tamparan yang begitu hebatnya. Tamparan yang sekaligus dapat menginjak-injak prinsipku. Aku hanya ingin kembali. Jika aku meminta, akankah ia memberikanya??
Bukanya aku munafik, namun seperti inilah aku.
Aku menyayanginya, kekasihku.




No comments: