Monday, April 23, 2012

LOVE STORY 8


***
Fino datang ke rumahku, pagi-pagi sekali. Ia yang membangunkanku. Orangtuaku sudah kenal baik dengan Fino bahkan sudah menganggap Fino sebagai anak sendiri jadi bukan hal yang aneh jika Fino masuk kedalam kamarku. Dia suka sekali menggodaku.

“Belaaa bangun belaa bangun belaaa bangunnnn!!!”. Teriaknya

“Fino, ahh kamu ngapain si masuk-masuk. Masih ngantuk tau” jawabku sambil menarik selimut hingga menutupi wajahku.

“aku mau ajak kamu olahraga. Karena aku udah jauh-jauh kesini jadi kamu harus mau. Udah cepet bangun, males banget si jadi perempuan!” Fino membuka selimutku dan memaksaku untuk bangun dan alhasil aku terpaksa bangun. Memang Fino selalu membuatku menderita. Ralat, kadang dia menyebalkan namun sebenarnya dia manis. Hehe.

15 menit kemudian aku sudah siap. Celana training lengkap dengan kaos dan sepatu dan aku mengikat rambut panjangku. Sebenarnya aku lebih suka berenang dan Fino tau itu, namun Fino malah mengajakku lari-lari pagi. Dan lucunya Fino mengajakku lari pagi namun tempat lari paginya jauh dari rumahku dan kita menggunakan mobil menuju ke Gor yang jaraknya 30menit dari rumah.

“Fin, kenapa jauh banget si olahraga doang, mesti bawa mobil lagi. Lucu ya kamu” tanyaku heran.

“dari dulu bel kalo lucu. Hahahah” jawab Fino dengan tawa yang menyebalkan.

“ya terus kenapa jauh-jauh” tanyaku lagi

“suka-suka aku dong bel, sekalian refreshing. Disitu cewe-cewe nya banyak yang cantik-cantik bel. Hahahaha” jawabnya dengan tawa yang merusak mood.

“Ih genit banget si.” Jawabku ketus.

“ngambek-ngambek.. haha cemburu yaa?” tanyanya menggodaku.

“yeee, ngapain cemburu. Penting emang? Enggak! Mau cari cewe di tempat olahraga, silahkan. Gada juga yang mau sama kamu.” Kataku ketus. Padahal mana ada cewe yang bisa nolak Fino. Dari dulu hingg sekarang tidak berubah. Aku tidak mungkin cemburu. Aku hanya kesal. Ngapain Fino mengajakku kalo dia Cuma mau ngecengin cewe-cewe. Pergi sendiri juga kan bisa kalo memang itu niatnya. Aku menggerutu dalam hati.

Akhirnya aku dan Fino sampai di tempat tujuan. minggu itu ramai sekali dan memang seperti ini biasanya. Aku melihat sekelilingku. Tidak hanya banyak orang yang berolahraga tp aku melihat di ujung jalan tempat olahraga ada penjual gula-gula. Melihatnya membuatku menginginkan itu. Fino sedang membetulkan tali sepatunya. Aku berjalan sendiri kearah penjual gula-gula itu.

Sepertinya hanya aku pembeli dewasa, yang lainnya anak-anak. Tapi aku tidak perduli. Gula-gula bukan milik anak-anak saja pikirku. Aku memesan gula-gula 2 ya setidaknya aku akan menawarkan pada Fino walaupun aku tau Fino tidak akan mau setidaknya aku sudah menawarkan dan kalo tidak mau ya aku yang akan memakannya. Hehe.

“bella?” seseorang menyentuh pundakku.

Aku menoleh dan seketika tubuhku bergetar. Aku terdiam, aku tak bisa berkata apa-apa. Seperti ada yang mengunci bibirku dan seperti ada bongkahan batu besar yang menyumbat tenggorokanku. Rangga. Ya, Rangga lah yang ada di hadapanku sekarang. Sudah 2 tahun aku tidak pernah melihatnya dan ia ada di hadapanku sekarang. Sudah 2 tahun aku berusaha menghindar darinya Setelah aku sadar seharusnya aku tidak seperti ini, mengganggu hubungan orang lain. Dan aku tau dia masih bersama kekasihnya.  Sudah 2 tahun pula aku mengubur semuanya dalam-dalam.

“bel” tanyanya lagi.

“oh iya, hei..” jawabku seadanya.

Ternyata gula-gulaku sudah jadi dan abang nya juga mungkin menungguku sampai aku benar-benar sadar. Aku juga tidak mengerti waktu seakan berhenti berputar. Dan aku benci itu.

“ini mba gula-gula nya” ucap abang penjual gula-gula.

“oh iya bang, berapa?” tanyaku sambil merogoh kantong celanaku.

“10 ribu neng” jawab abang penjualnya dan aku tidak menemukan uang ku. Padahal aku ingat sekali aku membawa pecahan 20ribuan 2 lembar.

“bentar ya bang” pintaku sambil tetap merogoh kantong celana dan memastikan uang itu harus ada kalo tidak, tidak mungkin aku memakai uang Rangga. Aku panik uangku tetap tidak ada disana. Entah apa yang harus aku lakukan.

“uangnya hilang mungkin, yaudah pake uangku saja” ucap Rangga dengan merogoh kantongnya.

“gak usah. Ga perlu” jawabku ketus.

“berapa bang?” tanya seseorang dibelakangku. Sambil memberikan uang 50ribuan pada penjualnya.

“10 ribu mas” . abang penjual mengambil uangnya sambil memberikan kembaliannya pada seseorang itu dan memberikan 2 buah gula-gula nya pada lelaki itu.

“Finooo,” kataku keheranan sekaligus bersyukur.

“kenapa? Kamu heran yang? Lain kali kalo mau pergi bilang” ucapnya sambil memberikan 2 gula-gula nya padaku.

“ehh iyaa, makasih” aku maasih heran, “yang”. Fino memanggilku sayang. Apa dia sengaja karena tau ada Rangga disini. Pikirku.

“yaudah yuk pulang.” ajak Fino sambil menggenggam tanganku dan akan menariknya.

“eh Fin, ini ada ka Rangga. Ka rangga, ini fino” kataku sambil memperkenalkan Fino pada Rangga dan Rangga pada Fino.

“iya sudah kenal ko kan kamu dulu yang ngenalin ke kaka” jawab Rangga.

“iya sama” disusul dengan jawaban fino.

“oh iya kalo gitu gimana kalo kita makan dulu aja. Lo sendirian aja atau sama cewe lo?” tanya Fino pada Rangga.

“enggak, cewe gue gak ikut. Iya gue sendirian aja. Oh yaudah terserah aja” jawab Rangga.
Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Rangga disini. Bersama Fino dan kita bertiga akan makan bersama. Benar-benar tidak dapat dipercaya.

Fino mengajak kami makan bubur ayam yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri sekarang dan aku ikuti saja ini aku sendiri tidak mengerti dari Fino memanggilku sayang, Fino menanyakan cewe nya Rangga hingga mengajak makan.

“bubur ayam nya 3 yang bang” Fino berkata pada penjual bubur ayamnya.

“yang satu lengkap, yang satu gausah pake seledri sama kacang ya bang. Lo lengkap aja atau gimana? Tanya Fino pada rangga.

“Lengkap aja” jawab rangga. Dan aku hanya diam. Biarlah laki-laki ini yang berbicara.

“lo mau minum apa? Tanya Fino pada Rangga.

“es jeruk aja.” Jawab Rangga dengan wajah yang sudah dapat aku tebak. Ya, Rangga kesal, terlihat raut kemarahannya.

“es jeruknya 2 sama jus strawberry nya 1 ya bang” pinta Fino pada penjualnya.

         Fino memang tau semuanya tentangku. Jus strawberry, ayam bakar kelebihan kecap dan sekarang bubur ayang tanpa seledri dan kacang. Aku yakin Rangga tidak pernah tau kesukaanku apa, Rangga tidak akan tau apa yang tidak aku suka.aku sudah menebak itu.
Dan aku ingat dulu setiap aku makan bersama Rangga aku tidak akan pernah makan sendiri. Aku selalu mau disuapin olehnya. Sekarang berfikir untuk dapat bertemu dengannya saja tidak apalagi berfikir makan dari tangannya.

Apakah ada yang tau bahwa 4 tahun yang lalu merupakan hal yang indah untukku. Aku tidak pernah lagi merasakan hal itu. hingga telah berlalu 4 tahun namun keindahan itu belum lagi aku rasakan. Banyak laki-laki yang singgah dalam hidupku namun semuanya tidak pernah menjadi bagian dalam hidupku. Semuanya hanya semacam “numpang lewat” tidak ada yang berarti. Fino lah yang setidaknya memberikan keindahan padaku selama waktu berjalan hingga kini,ya Dialah sahabat terbaikku. namun keindahan itu berbeda. Fino memberikan keindahan pada senyum, pada tawa. Berbeda dengan Rangga yang memberikan keindahan dalam tangis. Ya, walaupun aku selalu menangis dibuatnya namun aku tetap merasakan indah. Rangga hebat bukan? Ya aku fikir seperti itu, dan kalian pun akan berfikir seperti aku jika kalian mengikuti kisahku. Dari awal hingga akhir.

Aku berkata Rangga hebat bukan karena aku masih mengharapkannya, aku hanya mengingat sedikit kisahnya. Ya walaupun semua kisahnya aku ingat, masih sangat aku ingat jam per jam, menit per menit hingga detik per detik aku bersama nya. Aku hanya bersamanya kurang lebih dua tahun namun aku harus mengingatnya selama 4 tahun. aku tidak bisa membuang kisahnya. Bukannya aku tidak ingin, karena memang begitu sulit hingga aku akhirnya menyerah. Biarkan saja waktu yang berkata dan dapat perlahan mengubur kisahnya. Namun waktu lah yang membuat aku ingat kembali, dan sekarang waktu lah yang tiba-tiba mempertemukanku dengannya kembali.

No comments: